- Bangsa Belanda diketahui sudah menjajah Indonesia sejak awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20. Penjajahan Belanda di Indonesia dimulai dengan didirikannya kongsi dagang VOC, yang kemudian dilanjutkan dengan penerapan beberapa kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Penjajahan bangsa Belanda yang berlangsung selama tiga abad tentu telah memberikan dampak besar bagi Indonesia, tidak hanya negatif, melainkan juga dampak ini dampak positif penjajahan Belanda di Indonesia. Baca juga Mengapa Pemerintah Kolonial Belanda Menerapkan Politik Etis? Bidang sosial Dalam bidang sosial, dampak penjajahan bangsa Eropa adalah runtuhnya kekuasaan feodal di para raja dan keluarga istana mengalami perubahan, di mana mereka harus berubah menjadi aparat atau pegawai yang bekerja untuk membantu pemerintah Belanda. Turun kelasnya kedudukan para raja membuat kehidupan masyarakat Indonesia juga berubah. Rakyat tidak lagi harus khawatir, cemas, tidak percaya diri, dan terbelakang, karena tidak mendapat pengakuan dan perlakukan baik yang disebabkan oleh adanya pembagian kelas. Bidang budaya Dampak dalam bidang budaya dapat dilihat dari berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa, dan cara berpakaian sebagian besar rakyat Indonesia. Selain itu, dapat terlihat juga dari berkembangan ajaran Kristen di Indonesia. Rakyat pun mengetahui perkembangan kesenian yang ada di Eropa, seperti musik dan dansa.
PadaMac 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang
Untukitu rakyat sebagai pemilik kebebasan harus bertindak mereposisi melalui konsensus berdasarkan mekanisme yang diatur oleh rakyat sendiri. OTONOMI Penyelenggaraan pemerintahan seperti diatur dalam pasal 18 UUD 1945 menjadi dasar Desentralisasi dan Dekosentrasi seperti tertuang dalam UU No. 5/1974 tentang Pokok - Pokok Pemerintahan Di- Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih meraba-raba sistem pemerintahan seperti apa yang terbaik bagi negara. Pada saat itu, Presiden dan Wakil Presiden belum memiliki lembaga yang membantunya seperti MPR dan dari situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP untuk membantu Presiden dalam pembangunan negara sebagai badan legislatif. Baca juga Sistem Presidensial, Sistem Pemerintah di Indonesia Pada masa tersebut, Indonesia memiliki sistem pemerintahan Presidensial di mana Presiden bertindak sebagai kepala negara dan pemerintahan. Hingga pada 11 November 1945 BP-KNIP Badan Pengurus Komite Nasional Indonesia Pusat mengungkapkan veto tidak percaya pada kabinet dengan mengusulkan adanya pertanggungjawaban menteri kepada KNIP selaku tersebut diterima baik oleh Presiden Soekarno dengan dikeluarkannya Maklumat 14 November 1949. Isi Maklumat 14 November 1945 Isi dari Maklumat 14 November 1945, sebagai berikut "Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan selamat, dari tingkatan yang pertama dari usahanya menegakan diri, merasa bahwa saat sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru itu ialah, bahwa tanggung jawab adalah di tangan menteri " Tujuan Maklumat 14 November 1945 Dari isi maklumat disebutkan bahwa menteri yang awalnya bertanggung jawab pada Presiden, sekarang bertanggung jawab kepada parlemen. Baca juga Demokrasi Indonesia Periode Parlementer 1949-1959 Dari sini diketahui tujuan Maklumat 14 November 1945, yakni perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari presidensial ke parlementer. Bhinneka Tunggal Ika” yang sekarang menjadi motto negara Indonesia. untuk menyatukan persatuan dan kesatuan bangsa. 8. Kerajaan Sunda. Wilayah kerajaan. Sunda. Gambar 2.14. Peta wilayah Kerajaan Sunda (Sumber: Chalid Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 12) Berita tentang kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Barat setelah kerajaan
- Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu kebijakan yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik Tanam Paksa yang telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Dengan kata lain, Politik Etis adalah tindakan balas budi yang diberikan oleh Belanda untuk kesejahteraan pribumi karena telah diperlakukan secara tidak adil dan dieksploitasi kekayaan Etis dicetuskan oleh Conrad Theodor van Deventer dan Pieter Brooshooft. Van Deventer pertama kali mengungkapkan tentang Politik Etis melalui majalah De Gids pada 1899. Tulisan-tulisan yang dibuat Van Deventer ternyata diterima oleh pemerintah pada 17 September 1901, Politik Etis resmi diberlakukan setelah Ratu Wilhelmina yang baru naik takhta menegaskan bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Baca juga Sistem Tanam Paksa Latar Belakang, Aturan, Kritik, dan Dampak Latar belakang lahirnya Politik Etis Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh ketidakadilan yang berupa kemakmuran Belanda tidak diimbangi dengan kesejahteraan wilayah jajahan. Sistem Tanam Paksa atau cultuurstelsel yang dijalankan oleh pemerintah kolonial untuk mengeruk kekayaan Indonesia ternyata ditentang sebagian orang Belanda. Penderitaan rakyat pribumi yang telah mengorbankan tenaga, waktu, bahkan martabatnya berhasil menggugah nurani sekelompok orang Belanda.
PernyataaanRussel tentang munculnya negara adikuasa untuk menghapuskan kedaulatan nasional dan angkatan bersenjata nasional, dan mengggantikannya dengan satu pemerintahan internasional tunggal yang memiliki monopoli atas angkatan bersenjata, sebagai cara mengakiri persaingan kekuasaan, harta kekayaan, dll. (Lih Bab II) nampaknya nyata